Jumat, 09 Januari 2015


“ SALMAN KEBANGGAN ORANG TUA ”

Disebuah desa yang terpencil hiduplah seorang janda yang memilki seorang putra. Beliau bernama ibu Latifah. Janda tersebut memilki seorang anak yang cacat yakni kaki dan tangannya tidak bisa bergerak dan berfungsi semestinya seperti anak-anak lain. Sekitar satu  tahun lalu, saat ia berusia lima tahun, ayahnya telah meninggal. Untuk menghidupi keluarganya beliau bekerja sebagai buruh tani di desanya dan menggolang tanah peninggalan suaminya. Sekarang tinggalah seorang ibu yang sabar merawat dia dengan penuh kasih sayang, walaupun ia dalam keadaan cacat.
Salman….begitulah nama panggilannya. Nama yang indah diberikan oleh ayahnya. Keseharian Salman biasanya berada dirumah sambil menunnggui ibunya pulang kerja. Terkadang ia merasa bosan jika berada dirumah terus seharian.
 Suatu hari Salman keluar dari rumah tanpa sepengetahuan ibunya. Padahal ia di suruh untuk menunggui dan menjaga jemuran padi, karena ibunya sedang pergi ke pasar. Dengan sangat kesulitan Salman berjalan dengan mengesot menuju taman tepat bermain teman-teman sebayanya. Sesampainya ditaman, tiba-tiba salah satu teman menghampirinya dari belakang. Ia adalah si Ucok anaknya Bapak RT desa itu. Ucok memang terkenal anak yang sedikit usil. Ucok membuat Salman kaget dari belakang, ia menepuk pundak Salman sambil berkata sedang apa kamu disini ?, mau ikut bermain dengn kami yaah…….”. Lalu si Ucok segera berteriak “ Heiiiiiiii…….. teman-teman, coba lihat ke sini !!!!, ada si cacat ingin bermain dengan kita”. Lalu dengan serempak mereka tertawa menghina Salman.”Hahahahahahha… hahahahahha”
Dari kejadian ini si Salman langsung terburu-buru pulang karena malu dan kesal akibat cacian dari teman-teman yang dilontarkan kepada dirinya. Setelah sampai dirumah, ia langsung masuk ke kamar menyendiri sambil menangis tiada hentinya. Ia merasa sangat sedih karena keadaan dirinya yang tak sesempurna fisik teman-temannya dan tak sanggup menahan kepiluan akibat  hinaan dari temannya. Sambil merenung seorang diri, Salman berkata ‘’ Tuhan… kenapa aku seperti ini ?,,, Tangan dan kakiku susah bergerak, mau makan harus di ambilin ibu, mau minum harus diambilin ibu, bukannya membantu ibumalah menyusahkan terus….. kenapa begini Tuhan…..???, Salman jadi iri dengan teman-teman lain, mereka bisa melakukan apa saja yang mereka mau, bisa lari-lari, main melompat-lompat, main bersama”. Salman terus saja menangisi nasibnya hingga hujan turun sangat lebat, seakan-akan langit ikut merasakan penderitaannya hingga meneteskan air hujan seperti tangisan Salman.
“Salman… Salmaan… Salmaaan… dimana kamu nak…?”  teriak ibunya yang sejak tadi mencari anaknnya. Dibalik jendela yang sudah sedikit rusak dan terbuka, lalu sang ibu melihat Salman yang sedang terlihat sangat sadih di dalam kamar. Ibunya langsung masuk ke kamar dan mengusap kepalanya sambil  mencoba menenangkan anaknya “ Salman, anak ibu… janganlah kamu bersedih naaak…. Mengapa salman tadi keluar dari rumah?, padahal ibu memintamu untukmenunggui dan menjaga jemuran padi itu ?. Lihat keadaanmu Saalman!, hanyalah cacian yang kamu dapat kalau keluar dari rumah”. Lalu salman menjawab ” maafkan Salman Bu,,, HUHUHUUU…… mengapa salman seperti ini?, Salman ingin seperti teman lainnya Bu……Huhuuuhhuuu”.
Perasaan sedihpun meliputi ibunya. Sang ibu menasehatinya “ Sudahlah Salman,,, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Lebih baik kamu berdoa kepada Tuhan, dari pada menggerutu begini !!!. Dengan nasihat ibunya Salman mulai menghentikan tangisannya. Kemudian dimandikannya Salman oleh ibunya, karena hari sudah mulai sore dan Salman sholat serta berdoa agar dia dapat membahagiakan, membanggakan orang tuanya dan diberikan ketabahan.
Singkat cerita tiga hari kemudian, pada saat ibunya pergi ke pasar seperti biasanya Salman sedang menunggui ibunya sambil sedikit demi sedikit melakukan pekerjaan rumah. Ia dengan senang hati beruaha untuk membuat hati orang tuanya senang. Ketika Salman sedang berusaha meraih sapu dengan kakinya yang sangat sulit digerakkan, tiba-tiba Salman sangat terkejut melihat sinar yang begitu terang menghampiri dirinya bak petir menyambar. Apa yang terjadi ???.
Ternyata sinar yang begitu terang adalah peri yang cantik jelita bagai bidadari seperti dalam cerita. Salman sangat ketakutan dan berteriak meminta pertolongan “ Tolong.,,,,,, tolong.,,,,,jangan lukai aku!!, kamu siapa?”. Ditengah ketakutan Salman, peri itu berkata “ Salman.. aku tidak akan menyakimu, aku peri, kedatanganku kesini justru akan membantumu…”.Lalu dengan sekejap  peri itu menjadikan rumah Salman bersih dan rapi.
“Lihat Salman!”, seru peri cantik itu. “Semuanya sudah bersih dan rapi, sekarang katakana permintaanmu anak manis ?”. Salman menggeleng-gelengkan kepala dengan sangat heran atas kejadian tersebut. Kemudian Salman berkata “Aku tidak ingin apa-apa, aku hanya ingin membanggakan ibuku agar Beliau tidak sedih”. Lalu peri memberikan sebuah buntalan pada Salman, “Ambillah ini Salman!, berikan pada ibumu untuk belanja apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup kalian”. Salman bertanya “Apa ini ?”. Dengan sikap ragu-ragu ia menerima buntalan itu dan sekilas peri cantik menghilang. Crriiiiiiing…………
Salman segera membuka buntalan atau kantong tersebut dengan sangat penasaran. Ternyata isi dari buntalan itu adalah kepingan koin emas yang berkilau. Segera setelah ibunya pulang Salman langsung memberikan buntalan kepada ibunya dan menceritakan kejadian itu. Salman dan ibunya sangat bahagia nan haru.
Keesokan harinya mereka bersama pergi ke pasar. Setelah sampai di pasar mereka membeli beras, sayuran, daging, buah-buhan segar dan makanan lainnya serta membeli segala yang dibutuhkan untuk hidup mereka dengan menggunkan kepigan koin emas yang tiada habis-habisnya. Kini Salman pun sudah tidak lagi merasa putus asa. Teman-temannya seperti Ucok dan yang lainnya kini telah sadar dan mereka tidak menghina salman lagi, mereka sering bermain di taman dan sering belajar bersama dengan menjaga kehangatan dan keakraban pertemanan mereka. Mereka menyadari semua orang tidak ada yang sempurna dan harus saling mnyayangi agar hidup bahagia.
Akhirnya mereka hidup saling menyayangi baik antara Salman dengan keluarganya maupun dengan teman-temannya. Mereka hidup bahagia, dan keluarga Salman sangat senang. Terlebih ibunya Salman merasa sanggat bangga memiliki buah hati seperti Salman dan terus bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ibu Salman berkata “Nak, ibu senang dan bangga memiliki  anak sepertimu”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar