“
SALMAN KEBANGGAN ORANG TUA ”
Disebuah
desa yang terpencil hiduplah seorang janda yang memilki seorang putra. Beliau
bernama ibu Latifah. Janda tersebut memilki seorang anak yang cacat yakni kaki
dan tangannya tidak bisa bergerak dan berfungsi semestinya seperti anak-anak
lain. Sekitar satu tahun lalu, saat ia
berusia lima tahun, ayahnya telah meninggal. Untuk menghidupi keluarganya
beliau bekerja sebagai buruh tani di desanya dan menggolang tanah peninggalan
suaminya. Sekarang tinggalah seorang ibu yang sabar merawat dia dengan penuh
kasih sayang, walaupun ia dalam keadaan cacat.
Salman….begitulah
nama panggilannya. Nama yang indah diberikan oleh ayahnya. Keseharian Salman
biasanya berada dirumah sambil menunnggui ibunya pulang kerja. Terkadang ia
merasa bosan jika berada dirumah terus seharian.
Suatu hari Salman keluar dari rumah tanpa
sepengetahuan ibunya. Padahal ia di suruh untuk menunggui dan menjaga jemuran
padi, karena ibunya sedang pergi ke pasar. Dengan sangat kesulitan Salman
berjalan dengan mengesot menuju taman tepat bermain teman-teman sebayanya.
Sesampainya ditaman, tiba-tiba salah satu teman menghampirinya dari belakang.
Ia adalah si Ucok anaknya Bapak RT desa itu. Ucok memang terkenal anak yang
sedikit usil. Ucok membuat Salman kaget dari belakang, ia menepuk pundak Salman
sambil berkata “sedang apa kamu disini ?, mau ikut bermain dengn kami
yaah…….”. Lalu si Ucok segera berteriak “ Heiiiiiiii……..
teman-teman, coba lihat ke sini !!!!, ada si cacat ingin bermain dengan kita”.
Lalu dengan serempak mereka tertawa menghina Salman.”Hahahahahahha…
hahahahahha”
Dari
kejadian ini si Salman langsung terburu-buru pulang karena malu dan kesal
akibat cacian dari teman-teman yang dilontarkan kepada dirinya. Setelah sampai
dirumah, ia langsung masuk ke kamar menyendiri sambil menangis tiada hentinya.
Ia merasa sangat sedih karena keadaan dirinya yang tak sesempurna fisik teman-temannya
dan tak sanggup menahan kepiluan akibat hinaan dari temannya. Sambil merenung seorang
diri, Salman berkata ‘’ Tuhan… kenapa aku seperti ini ?,,, Tangan dan
kakiku susah bergerak, mau makan harus di ambilin ibu, mau minum harus
diambilin ibu, bukannya membantu ibumalah menyusahkan terus….. kenapa begini
Tuhan…..???, Salman jadi iri dengan teman-teman lain, mereka bisa melakukan apa
saja yang mereka mau, bisa lari-lari, main melompat-lompat, main bersama”.
Salman terus saja menangisi nasibnya hingga hujan turun sangat lebat, seakan-akan
langit ikut merasakan penderitaannya hingga meneteskan air hujan seperti
tangisan Salman.
“Salman…
Salmaan… Salmaaan… dimana kamu nak…?” teriak ibunya yang sejak tadi mencari
anaknnya. Dibalik jendela yang sudah sedikit rusak dan terbuka, lalu sang ibu
melihat Salman yang sedang terlihat sangat sadih di dalam kamar. Ibunya
langsung masuk ke kamar dan mengusap kepalanya sambil mencoba menenangkan anaknya “ Salman,
anak ibu… janganlah kamu bersedih naaak…. Mengapa salman tadi keluar dari
rumah?, padahal ibu memintamu untukmenunggui dan menjaga jemuran padi itu ?.
Lihat keadaanmu Saalman!, hanyalah cacian yang kamu dapat kalau keluar dari
rumah”. Lalu salman menjawab ” maafkan Salman Bu,,, HUHUHUUU……
mengapa salman seperti ini?, Salman ingin seperti teman lainnya
Bu……Huhuuuhhuuu”.
Perasaan
sedihpun meliputi ibunya. Sang ibu menasehatinya “ Sudahlah Salman,,,
kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Lebih baik kamu berdoa kepada Tuhan,
dari pada menggerutu begini !!!. Dengan nasihat ibunya Salman mulai
menghentikan tangisannya. Kemudian dimandikannya Salman oleh ibunya, karena
hari sudah mulai sore dan Salman sholat serta berdoa agar dia dapat
membahagiakan, membanggakan orang tuanya dan diberikan ketabahan.
Singkat
cerita tiga hari kemudian, pada saat ibunya pergi ke pasar seperti biasanya
Salman sedang menunggui ibunya sambil sedikit demi sedikit melakukan pekerjaan
rumah. Ia dengan senang hati beruaha untuk membuat hati orang tuanya senang. Ketika
Salman sedang berusaha meraih sapu dengan kakinya yang sangat sulit digerakkan,
tiba-tiba Salman sangat terkejut melihat sinar yang begitu terang menghampiri
dirinya bak petir menyambar. Apa yang terjadi ???.
Ternyata
sinar yang begitu terang adalah peri yang cantik jelita bagai bidadari seperti
dalam cerita. Salman sangat ketakutan dan berteriak meminta pertolongan “ Tolong.,,,,,,
tolong.,,,,,jangan lukai aku!!, kamu siapa?”. Ditengah ketakutan
Salman, peri itu berkata “ Salman.. aku tidak akan menyakimu, aku peri,
kedatanganku kesini justru akan membantumu…”.Lalu dengan sekejap peri itu menjadikan rumah Salman bersih dan
rapi.
“Lihat
Salman!”, seru peri cantik itu. “Semuanya
sudah bersih dan rapi, sekarang katakana permintaanmu anak manis ?”.
Salman menggeleng-gelengkan kepala dengan sangat heran atas kejadian tersebut. Kemudian
Salman berkata “Aku tidak ingin apa-apa, aku hanya ingin membanggakan
ibuku agar Beliau tidak sedih”. Lalu peri memberikan sebuah buntalan
pada Salman, “Ambillah ini Salman!, berikan pada ibumu untuk belanja apa
saja untuk memenuhi kebutuhan hidup kalian”. Salman bertanya “Apa
ini ?”. Dengan sikap ragu-ragu ia menerima buntalan itu dan sekilas
peri cantik menghilang. Crriiiiiiing…………
Salman
segera membuka buntalan atau kantong tersebut dengan sangat penasaran. Ternyata
isi dari buntalan itu adalah kepingan koin emas yang berkilau. Segera setelah
ibunya pulang Salman langsung memberikan buntalan kepada ibunya dan
menceritakan kejadian itu. Salman dan ibunya sangat bahagia nan haru.
Keesokan
harinya mereka bersama pergi ke pasar. Setelah sampai di pasar mereka membeli
beras, sayuran, daging, buah-buhan segar dan makanan lainnya serta membeli
segala yang dibutuhkan untuk hidup mereka dengan menggunkan kepigan koin emas
yang tiada habis-habisnya. Kini Salman pun sudah tidak lagi merasa putus asa. Teman-temannya
seperti Ucok dan yang lainnya kini telah sadar dan mereka tidak menghina salman
lagi, mereka sering bermain di taman dan sering belajar bersama dengan menjaga
kehangatan dan keakraban pertemanan mereka. Mereka menyadari semua orang tidak
ada yang sempurna dan harus saling mnyayangi agar hidup bahagia.
Akhirnya
mereka hidup saling menyayangi baik antara Salman dengan keluarganya maupun
dengan teman-temannya. Mereka hidup bahagia, dan keluarga Salman sangat senang.
Terlebih ibunya Salman merasa sanggat bangga memiliki buah hati seperti Salman dan
terus bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ibu Salman berkata “Nak,
ibu senang dan bangga memiliki anak
sepertimu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar